Pentingnya etika dalam praktik kedokteran telah dibuktikan sepanjang sejarah. Paling tidak 2500 tahun lalu Hippocrates telah menekankan kebajikan yang diharapkan menjadi ciri dan petunjuk perilaku dokter. Sumbangan yang paling menonjol pada sejarah etika kedokteran setelah Hippocrates diberikan oleh Thomas Pervical, 1803, dengan menerbitkan buku Code of Medical Ethics yang kemudian dijadikan Kode Etik Kedokteran internasional. Kode etik kedokteran ini sangat penting sehingga dijadikan bahan rujukan utama untuk kode etik kedokteran diseluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pada paruh terakhir abad ke-20, teknologi kedokteran berkembang sedemikian cepat, sehingga dokter obstetri dan ginekologi menghadapi pertanyaan-pertanyaan etik yang kompleks, seperti teknologi reproduksi berbantu, diagnosis prenatal, aborsi selektif, masalah awal dan akhir kehidupan , dan penggunaan informasi genetik. Masalah-masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan pengetahuan kedokteran semata. Keputusan-keputusan di bidang ini bergantung pada pertimbangan yang dalam dari unsur-unsur nilai, kepentingan, tujuan, serta hak dan kewajiban orang-orang yang terlibat yang peduli dengan etika kedokteran.
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku manusia. Etika merupakan studi tentang nilai-nilai, tentang bagaimana kita sebaiknya berperilaku berdasarkan pertimbangan baik buruk, merupakan salah satu cabang filsafat.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
Prinsip-prinsip utama sebagai petunjuk untuk tindakan profesional dan untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan adalah otonomi, benefience yang berarti berbuat baik dan nonmalefience yang berarti tidak merugikan dan adil.
1. Otonomi, berasal dari bahasa yunani autos (self atau diri sendiri) dan nomos (rule / governance atau aturan) yang berarti self rule. Dalam praktik kedokteran otonomi mengandung arti mengatur diri sendiri yaitu bebas dari kontrol oleh pihak lain dan dari perbatasan pribadi. Menghormati otonomi pasien yang berarti mengakui hak individu. Otonomi memberikan dasar moral yang kuat bagi informed consent.
Menghormati otonomi pasien, seperti semua prinsip etika, tak dapat dianggap absolut dan pada suatu saat mungkin terjadi konflik dengan prinsip lain atau pertimvangan moral lain. Sebagai contoh prinsip ini adalah seorang ibu yang meminta dilakukan seksio sesarea. Permintaan seksio sesarea adalah hak pasien, tapi dokter harus mendiskusikannya mengenai alasan khusus, risiko dan manfaatnya. Jika pasien takut melahirkan, dokter melakukan konseling.
2. Benefience dan Nonmalefience
Benefience berarti berbuat baik. Ini adalah prinsip yang mengharuskan dokter bertindak dengan cara menguntungkan pasien. Nonmalefience berarti tidak merugikan atau menyebabkan luka dan dikenal dengan maximum primum non novere. Jika kita tidak bisa berbuat baik kepada seseorang atau menguntunkan bagi pasien, paling tidak kita tidak merugikannya. Walaupun terdapat perbedaan halus antara keduanya, benefience dan nonmalefience sering dianggap manifestasi dan prinsip yang sama. Kedua prinsip ini ada bersama pada hampir setiap keputusan pengobatan pasien, sebagai risiko dan manfaat.
Benefience, suatu keharusan untuk meningkatkan kesehatan pasien mungkin terjadi konflik dengan otonomi. Sebagai contoh seorang pasien ingin melahirkan janin dengan kelainan kongenital yang fatal dengan seksio sesarea karena dia yakin bahwa prosedur ini akan meningkatkan kesempatan bayinya untuk survive. Pertimbangan terbaik dokter adalah bawah risiko sesarea bagi ibu lebih besar dari pada kemungkinan bagi bayinya untuk survive. Pada situasi demikian kesulitan dokter adalah mempertimbangkan keadaan spiritual, fisik, dan psikologis pasien.
3. Justice (keadilan) adalah prinsip yang paling belakangan ditetima. Ini adalah prinsip etik yang paling kompleks, karena tidak hanya kewajiban dokter untuk memberikan yang terbaik, tetapi juga peran dokter dalam mengalokasikan sumber daya medik yang tetbatas. Prinsip ini memperlakukan orang-orang dalam situasi yang sama dengan penekanan kebutuhan, bukannya kekayaan dan kedudukan sosial. Penentuan kriteria dimana pertimbangan adalah berdasarkan suatu keputusan moral dan sangat kompleks menyebabkan kontoversi etik.
4. Pengambilan keputusan etik, dalam bidang klinik tidak dapat secara khusus mengandalkan pendekatan tunggal etika biomedik. Masalah klinik yang sering terlalu kompleks untuk diselesaikan dengan aturan sederhana atau aplikasi yang kaku dari prinsip-prinsip etik. Kebajikan seperti kehati-hatian, kejujuran, dan kepercayaan yang memungkinkan prinsip-prinsip etik digunakan secara selektif pada situasi dimana terdapat konflik prinsip atau nilai-nilai moral. Berikut ini langkah-langkah yang merupakan pedoman dalam pengambilan keputusan etik :
a. Identifikasi pembuat keputusan.
b. Kumpulkan data, tetapkan fakta, dan masalahnya.
c. Identifikasi semua pilihan tindakan.
d. Evaluasi pilihan-pilihan tindakan sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terlibat.
e. Identifikasi konflik etika dan coba terapkan prioritas.
f. Seleksi pilihan tindakan yang paling baik. Coba dengan penyelesaian masalah secara rasional.
g. Evaluasi ulang keputusan setelah diimplementasikan. Apakah keputusan terbaik telah dibuat? Pelajaran apa yang dapat diambil dari diskusi dan penyelesaian masalah tersebut?
5. Persetujuan tindakan
Persetujuan tindakan (informed consent) sebenarnya tidak sepenuhnya sama dengan informed consent. Informed consent mempunyai definisi : memberikan kewenangan kepada dokter setelah mengerti sepenuhnya dan mendapat informasi mengenai manfaat dan risiko tindakan yang akan dilakukan, termasuk prosedur dan alternatif tindakan atau pengobatan lainnya.
Dalam melakukan proses mendapat persetujuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Siapa yang mengambil keputusan.
b. Ciri pasien.
c. Emosi.
6. Tingginya angka seksio sesarea
Seksio sesarea menjadi kecenderungan ditawarkan dan diterima oleh kedua pihak (pasien dan dokter) sebagai cara persalinan yang wajar. Sebenarnya patut dihayati hal itu merupakan tindakan yang mengandung risiko. Seksio sesarea tanpa indikasi medik akan merugikan pasien secara keseluruhan (infeksi, pendarahan, nyeri, biaya dan sebagainya) bahkan bagi baginya (gawat napas, kematian, kesakitan ,perawatan intensif).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keolmuam dan seni yang mempersiapkan kehamilan,menolong persalinan, nifas dan menyusui, m...
-
Lokasi pemasangan infus biasanya pada vena yang terdapat di lengan antara lain : β’ Vena digitalis mengalir sepanjang sisi lateral jari tan...
-
Pengertian bounding attachment menurut beberapa ahli antara lain : 1. Klause dan Kennel (1983) adalah interaksi orangtua dan bayi ...
-
Pentingnya etika dalam praktik kedokteran telah dibuktikan sepanjang sejarah. Paling tidak 2500 tahun lalu Hippocrates telah menekankan keba...
Makasih ilmunya ya
BalasHapusbagus blognya.. Semoga makin nambah ilmunya
BalasHapusTerima kasih ilmunya, sukses terus πͺπ»
BalasHapusIlmu yang sangat bermanfaat, terimakasih telah berbagi ππ
BalasHapusMakasih ilmunya, bermanfaat bgt :D
BalasHapusMakasih ilmunya, bermanfaat bgt :D
BalasHapusKereen. Terus berkarya dan berbagi ilmu yaaa
BalasHapusTerimakasih ilmunya sangat bermanfaat. Sukses terusππ
BalasHapusTerimakasih ilmunya sangat bermanfaat.
BalasHapusMakasih ilmunya ya
BalasHapus