Senin, 19 Februari 2018

Anatomi Panggul Wanita


Pelvis Wanita Normal
Karena karakteristiknya tidak menyebabkan kesulitan saat melahirkan, membuat janin berukuran normal. Pengetahuan tentang anatomi pelvis diperlukan pada penatalaksanaan persalinan sebagai salah satu cara untuk memperkirakan kemajuan persalinan, yaitu dengan cara mengkaji hubungan antara janin dan penanda pelvis tertentu. Bidan harus kompeten dalam mengenali pelvis normal agar mampu mendeteksi penyimpangan dari normal dan merujuknya ke dokter.
Tulang Pelvis
Terdapat empat tulang pelvis :
1.      Dua tulang pinggul atau tulang inominata (tidak bernama)
2.      Satu sakrum
3.      Satu koksiks
Tulang Inominata
Setiap tulang inominata terdiri dari 3 bagian yaitu :
1.      Ilium
Ilium adalah bagian yang melebar keluar dan luas, saat tangan diletakkan dipinggul tangan berada di krista iliaka yaitu di batas atas. Pada bagian depan krista iliaka, dapat diraba penonjolan tulang yang disebut spina iliaka superior anterior.
Agak sedikit dibawah ilium terdapat spina iliaka inferior anterior. Terdapat dua tempat serupa diujung lain krista iliaka yaitu spina iliaka inferior posterior dan superior posterior. Permukaan anterior ilium adalah fosa iliaka.
2.      Iskium
Iskium adalah bagian bawah yang tebal. Iskium memiliki penonjolan yang besar yaitu tuberositas iskiadikum yang menyangga tubuh ketika duduk. Di bagian belakang dan sedikit diatas tuberositas terdapat penonjolan kedalam, yaitu spina iskium. Pada persalinan, station kepala janin diperkirakan terkait dengan spina iskium.
3.      Tulang pubis
Tulang ini membentuk bagian anterior. Tulang pubis memiliki badan dan dua tonjolan seperti dayung yaitu ramus superior dan ramus inferior. Dua tulang pubis bertemu pada simfisis pubis dan dua ramus inferior membentuk arkus pubis, yang menyatu dengan ramus yang sama di iskium. Ruang yang ditutup oleh badan tulang pubis, ramus dan iskium disebut foramen obturator.
Tulang inominata terdiri atas cekungan yang dalam tempat kepala femur berada. Cekungan ini disebut asetabulum. Ketiga bagian tulang membentuk asetabulum dengan proporsi sebagai berikut : 2/5 ilium, 2/5 iskium, dan 1/5 tulang pubis. Pada batas bawah tulang inominata, terdapat dua kurva. Satu kurva terbentang dari spina iliaka inferior posterior sampai spina iskium dan disebut insisura iskiadikus mayor. Insisura ini lebar dan bulat. Kurva lainnya berada diantara spina iskium dan tuberositas iskiadikum dan disebut insisura iskiadikus minor.
Sakrum
Sakrum adalah tulang berbentuk baji yang terdiri atas lima vertebra yang menyatu. Batas atas vertebra sakrum pertama menonjol kedepan dan disebut sebagai promontorium sakrum. Permukaan anterior sakrum berbentuk cekung dan disebut cekungan sakrum. Secara lateral, sakrum melebar sehingga membentuk sayap atau ala. Empat pasang lubang atau foramen menembus sakrum, dan melalui lubang ini, saraf dari kauda ekuina muncul untuk menyuplai organ pelvis. Permukaan posterior kasar agar dapat berikatan dengan otot.
Koksiks
Koksiks adalah sisa ekor. Koksiks terdiri atas empat vertebra yang menyatu, membentuk tulang segitiga yang kecil.
Sendi pelvis
Terdapat empat sendi pelvis :
1.      Satu simfisis pubis
Simfisis pubis terbentuk pada sambungan dua tulang pubis, yang disatukan oleh bantalan kartilago.
2.      Dua sendi sakroiliaka
Sendi sakroiliaka merupakan sendi terkuat ditubuh. Sendi ini menyatukan sakrum dengan ilium sehingga menghubungkan spina ke pelvis.
3.      Satu sendi sakrokoksigis
Sendi ini terbentuk ditempat dasar koksiks bersambungan dengan ujung sakrum.
            Pada keadaan tidak hamil, terdapat sedikit sekali gerakan pada sendi tersebut, tetapi aktivitas endokrin selama kehamilan menyebabkan ligamen tersebut melunak sehingga memungkinkan sendi tersebut meregang. Hal ini memberikan lebih banyak ruang untuk kepala janin saat kepala janin melewati pelvis. Simfisis pubis dapat sedikit teregang pada masa kehamilan akhir. Jika simfisis pubis meregang cukup besar, tingkat gerakan yang terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri ketika berjalan. Sendi sakroiliaka memungkinkan gerakan terbatas ke depan dan ke belakang pada ujung dan promontorium sakrum, yang terkadang disebut sebagai anggukan sakrum. Sendi sakrokosigis memungkinkan koksiks untuk defleksi ke belakang selama pelahiran kepala janin.
Ligamen pelvis
Setiap sendi pelvis disatukan oleh ligamen :
1.      Ligamen interpubis pada simfisis pubis
2.      Ligamen sakroiliaka
3.      Ligamen sakrokoksigis
Terdapat dua ligamen penting lainnya pada kebidanan yaitu :
1.      Ligamen sakrotuberal, terbentang dari sakrum hingga tuberositas iskiadikum.
2.      Ligamen sakrospinal, terbentang dari sakrum hingga ke spina iskium.
Kedua ligamen ini melewati insisura iskiadikus dan membentuk dinding posterior pintu bawah panggul.
Pelvis mayor
Pelvis mayor adalah kanal bertulang, yang akan dilewati janin selama persalinan. Pelvis mayor memiliki pintu atas, rongga dan pintu bawah.
Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul berbentuk bulat, kecuali pada tempat promontorium sakrum menonjol ke dalam. Promontorium dan sayap sakrum membentuk batas posteriornya, tulang iliaka membentuk batas lateralnya, dan tulang pubis membentuk batas anteriornya. Bidan harus mengenali titik pasti pada pintu atas panggul yang dikenal sebagai penandanya. Dimulai dari bagian posterior yaitu :
a.       Promontorium sakrum
b.      Sayap atau ala sakrum
c.       Sendi sakroiliaka
d.      Garis iliopektineal, yang merupakan tepi yang terbentuk pada bagian dalam ilium
e.       Eminensia iliopektineal yang merupakan area kasar tempat ramus superior tulang pubis bertemu ilium
f.       Ramus superior tulang pubis
g.      Batas dalam atas badan tulang pubis
h.      Batas atas simfisis pubis
Diameter pintu atas panggul
Terdapat tiga diameter pintu atas panggul yang diukur yaitu :
1.      Diameter anteroposterior, diameter ini merupakan garis dari promontorium sakrum hingga batas atas simfisis pubis. Apabila garis ini ditarik ke titik paling atas simfisis pubis, garis ini disebut konjugat anatomis dan memiliki panjang 12 cm. Apabila garis tersebut ditarik ke batas posterior permukaan paling atas yaitu sekitar 1,25 cm di bagian bawah, disebut konjugat obstetrik dan panjangnya 11 cm. Alasan pengukuran ini adalah konjugat obstetrik mencerminkan besarnya ruang yang tersedia untuk jalan lahir janin. Istilah konjugat sejati mungkin digunakan untuk salah satu pengukuran tersebut dan bidan bertanggungjawab melakukan pengukuran tersebut. Konjugat diagonal juga diukur secara anteroposterior dari tepi bawah  simfisis pubis sampai ke promontorium sakrum. Konjugat diagonal dapat diukur pada periksa dalam sebagai bagian pengkajian pelvis dan hasil pengukurannya harus diantara 12-13 cm.
2.      Diameter oblik,  diameter ini adalah garis dari satu sendi sakroliliaka ke eminensia iliopektineal pada sisi pelvis yang berlawanan dan memiliki panjang 12 cm. Terdapat dua diameter oblik. Setiap diameter diberi nama sama dengan sendi sakroiliaka tempatnya berasal sehingga diameter oblik kiri berasal dari sendi sakroiliaka kiri dan diameter oblik kanan berasal dari sendi sakroiliaka kanan.
3.      Diameter transversal, diameter ini adalah garis yang menghubungkan antara dua titik terjatuh pada garis iliopektineal dan memiliki panjang 13 cm. Struktur tertentu yang melewati pintu atas panggul dapat memengaruhi besarnya ruang yang tersedia untuk dilewati janin sebagai contoh kolon desenden masuk ke pelvis didekat sendi sakroiliaka kiri. Dimensi lain yang perlu dijelaskan adalah sakrokotiloid. Dimensi ini berasal dari promontorium sakrum ke eminensia iliopektineal yang ada disetiap sisi dan panjangnya 9-9,5 cm. Dimensi ini berkaitan dengan posisi posterior oksiput ketika eminensia parietal kepala janin tertangkap.
Rongga Pelvis
Rongga pelvis meluas dari pintu atas panggul sampai pintu bawah panggul. Dinding anterior dibentuk oleh tulang pubis dan simfisis pubis serta memiliki kedalaman 4cm. Dinding posterior dibentuk oleh kurva sakrum, yang memiliki panjang 12 cm. Karena ada perbedaan panjang tersebut, rongga pelvis membentuk kanal yang melengkung. Dinding lateralnya adalah sisi pelvis yang sebagian besar ditutupi oleh otot internus obturator. Rongga pelvis berbentuk sirkular dan walaupun tidak mungkin untuk mengukur diameternya dengan tepat, semua diameter dianggap memiliki panjang 12 cm.
Pintu Bawah Panggul
Dua pintu bawah panggul yang akan dijelaskan di sini adalah anatomis dan obstetrik. Pintu  bawah panggul anatomis dibentuk oleh batas bawah setiap tulang bersama dengan ligamen sakrotuberal. Pintu bawah panggul obstetrik merupakan hal yang sangat signifikan karena meliputi pintu pelvis yang sempit yang akan dilewati kepala janin. Pintu pelvis yangs empit ini berada diantara sendi sakrokosigis, dua spina iskium dan batas bawah simfisis pubis. Pintu bawah panggul obstetrik adalah ruang diantara pintu pelvis sempit dan pintu bawah anatomis. Pintu bawah panggul ini berbentuk wajik. Ketiga diameternya adalah sebagai berikut :
1.       Diameter anteroposterior, adalah garis dari batas bawah simfisis pubis sampai sendi sakrokoksigis. Memiliki panjang 13 cm, karena koksiks dapat melengkung ke belakang selama persalinan, diameter ini menunjukan ruang yang tersedia selama persalinan.
2.      Diameter oblik, diameter ini diperkirakan berada diantara foramen obturator dan ligamen sakrospinal walaupun tidak ada titik pasti, panjangnya 12 cm.
3.      Diameter trasnversal, merupakan garis  antara dua spina iskium dan panjangnya 10-11 cm. Diameter ini adalah diameter tersempit didalam pelvis. Bidang dimensi pelvis yang terkecil sejajar dengan spina iskium.
Pelvis Minor
Pelvis minor adalah bagian pelvis yang berada diatas pintu atas panggul. Pelvis ini dibentuk oleh bagian atas tulang iliaka yang melebar keluar dan melindungi organ abdomen, tetapi tidak memiliki signifikansi obstetrik.
Inklinasi pelvis
Ketika wanita berdiri dalam posisi tegak lurus, pelvisnya miring. Spina iliaka superior anterior langsung berada diatas simfisis pubis pada bidang vertikal yang sama. Pintu atas panggul menjadi miring dan jika garis yang menghubungkan promontorium sakrum dan bagian atas simfisis pubis diperpanjang, akan membentuk sudut 60o terhadap lantai horizontal. Sama halnya apabila garis yang menghubungkan pusat sakrum dan pusat simfisis pubis diperpanjang, sudut yang terbentuk terhadap lantai adalah 30o. Sudut inklinasi pintu bawah panggul adalah 15o. Ketika wanita berada pada posisi berbaring, sudut yang sama terbentuk dengan bidang vertikal yang harus selalu diingat ketika melakukan pemeriksaan abdomen.
Jenis Bentuk-Bentuk Panggul
Tulang panggul merupakan organ penting dalam proses persalinan. Tulang-tulang panggul terdiri dari susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul. Fungsinya, sebagai jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
Secara klasik, pelvis digolongkan menjadi empat kategori berdasarkan benuk pintu atasnya. Pelvis wanita tidak mungkin diklasifikasikan selama hidupnya, kecuali jika ia mengalami kesulitan persalinan. Hal yang lebih penting adalah kapasitas pelvis wanita secara individual dan apakah pelvis tersebut cukup untuk jalan keluar bayi yang sedang dikandungnya ( Williams et al 1995). Banyak orang yang mengatakan bahwa kepala janin adalah pelvimeter yang terbaik. Jika salah satu pengukuran penting dikurangi 1 cm atau lebih dari ukuran normal, pelvis dikatakan mengalami kontraksi dan terjadi kesulitan persalinan atau memerlukan seksio sesarea.
Setiap wanita memiliki bentuk panggul yang berlainan. Bentuk tulang panggul ada empat jenis yaitu :
1.      Ginekoid
Pelvis ini adalah pelvis yang ideal untuk persalinan. Karakterisitik utamanya adalah pintu atas panggul yang bulat, pelvis depan yang lebar (bagian didepan diameter transversal), dinding samping yang lurus, rongga dangkal dengan sakrum yang melengkung dengan baik dan luas, spina iskium yang tumpul, insisura iskiadikus yang bulat, dan sudut sub-pubis 90o. Hal tersebut ditemukan pada wanita yang memiliki rata-rata ukuran badan dan tinggi badan rata-rata serta memiliki ukuran sepatu 4 atau lebih besar.
2.      Anthropoid
Pelvis ini memiliki pintu atas panggul berbentuk oval yang panjang dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversal.  Persalinan biasanya tidak mengalami kesulitan tetapi posisi oksipitoanterior langsung atau oksipitoposterior langsung sering terjadi dan posisi yang digunakan untuk engagement dapat tetap terjadi untuk persalinan. Dinding samping divergen dan sakrumnya panjang serta sangat cekung. Spina iskium tidak menonjol dan insisura iskiadikus sangat lebar, begitu pula dengan sub-pubis. Wanita yang memiliki pelvis jenis ini cenderung tinggi dengan lebar bahu yang sempit.
3.      Android
Disebut pelvis android karena mirip dengan pelvis pria. Pintu atas panggul ini berbentuk hati dengan pelvis yang sempit, diameter transversal yang menuju ke arah belakang. Dinding samping kovergen sehingga berbentuk corong dengan rongga yang dalam dan sakrum yang lurus. Spina iskium menonjol dan insisura iskiadikus sempit. Sudut sub-pubis kurang dari 90o. Pelvis jenis ini ditemukan pada wanita bertubuh pendek dan gemuk yang memiliki kecenderungan hirsutisme. Pelvis seperti ini menyebabkan terjadinya posisi oksipitoposterior kepala janin dan posisi ini paling kecil kecocokannya untuk melahirkan.
Pintu atas panggul berbentuk hati membantu posisi posterior oksiput karena ruang yang tidak mencukupi untuk diameter biparietal dipelvis depan yang sempit dikombinasikan dengan fakta bahwa ruang yang lebih besar berada dipelvis belakang. Rongga berbentuk corong dapat menganggu keamanan persalinan. Pada pintu bawah panggul spina iskium yang menonjol terkadang menghambat rotasi internal kepala yang sempurna dan diameter anterioposterior terperangkap diantaranya, menyebabkan penahanan transversal yang dalam. Sudut sub-pubis yang menyempit tidak dapat dengan mudah mengakomodasi diameter persalinan. Hal ini membuat kepala terdorong ke belakang.
4.      Platipeloid
Pelvis datar ini memiliki pintu atas panggul berbentuk ginjal sehingga panjang diameter anteoposteriornya lebih pendek dan diameter transversalnya lebih panjang. Dinding samping divergen, sakrum datar, dan berongga dangkal. Spina iskium tumpul, insisura iskiadikus dan sudut sub-pubis lebar. Kepala harus masuk ke pintu atas panggul (engage) dengan sutura sagital pada diameter transversal, tetapi biasanya turun melewati rongga tanpa kesulitan. Engagement mungkin memerlukan pemiringan lateral kepala janin, yang disebut asinklitisme, agar diameter biparietal dapat melewati diameter anteroposterior tersempit dari pintu atas panggul.
Sebenarnya bentuk panggul apapun tidak mempengaruhi besar kecilnya ukuran panggul. Jika ukuran panggul normal, janin dapat melaluinya. Namun, umumnya bentuk panggul ginekoid akan membantu memudahkan kelahiran bayi.
Karakteristik
Ginekoid
Android
Antropoid
Platipeloid
Pintu atas panggul
Bulat
Berbentuk hati
Oval panjang
Berbentuk ginjal
Pelvis depan
Lebar
Sempit
Menyempit
Lebar
Dinding samping
Lurus
Konvergen
Divergen
Divergen
Spina iskium
Tumpul
Menonjol
Tumpul
Tumpul
Insisura iskiadikus
Bulat
Sempit
Lebar
Lebar
Sudut sub-pubis
90o
<90o
>90o
>90o
insiden
50%
20%
25%
5%

Dasar Pelvis
Dasar pelvis dibentuk oleh jaringan lunak yang mengisi pintu bawah pelvis. Bagian terpenting dasar pelvis adalah diafragma penggantung otot yang kuat seperti ayunan dari dinding pelvis. Uretra, vagina dan kanal anal melewati dasar pelvis.
Fungsi
Dasar pelvis menopang berat organ abdomen dan pelvis. Ototnya berperan dalam kontrol volunter mikturisi dan defekasi, dan berperan penting dalam hubungan seksual. Selama persalinan, dasar pelvis memengaruhi gerakan pasif janin ketika melewati jalan lahir dan dasar pelvis mengalami relaksasi untuk memungkinkan janin keluar dari pelvis.
Lapisan Otot
1.      Lapisan superfisial, lapisan ini terdiri atas lima otot :
a.       Sfingter anal eksternal mengelilingi anus dan melekat ke belakang dengan koksiks oleh beberapa serat.
b.      Otot perineal transversus dari tuberositas iskiadikum ke pusat perineum.
c.       Otot bulbokavernosus dari perineum ke depan mengelilingi vagina sampai korpora kavernosa klitorks tepat dibawah arkus pubis.
d.      Otot iskiokavernosus dari tuberositas iskiadikum sepanjang arkus pubis ke korpora kavernosa.
e.       Sfingter membranosa uretra terdiri atas serat otot yang melewati bagian atas dan bawah uretra dan melekat ke tulang pubis. Sfingter ini bukan sfingter sejati karena tidak sirkular, tetapi bekerja untuk menutup uretra.
2.      Lapisan dalam, lapisan ini terdiri atas tiga pasang otot, ketiga otot ini disebut otot levator ani. Disebut demikian karena otot ini dapat mengangkat atau meninggikan anus. Setiap otot levator ani (kiri dan kanan) terdiri atas otot berikut ini :
a.       Otot pubokoksigeus dari pubis ke koksiks, dengan sedikit serat melintasi badan perineum untuk membentuk bagian terdalamnya.
b.      Otot iliokoksigeus dari fasia yang menutupi otot internus obturator (garis putih pada fasia pelvis) sampai koksiks.
c.       Otot iskiokoksigeus dari spina iskium sampai koksiks didepan ligamen sakrospinal.
Diantara lapisan otot, dan juga diatas serta dibawahnya terdapat lapisan fasia pelvis. Fasia pelvis adalah jaringan areolar yang longgar yang digunakan seperti material pengemas didalam ruang. Jaringan yang mengisi ruang segitiga di antara otot bulbokavernosus, iskiokavernosus, dan otot perineal transversum disebut ligamen triangular.
Ukuran panggul dalam dan panggul luar
a.       Ukuran panggul dalam dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan dalam
Bidang
Diameter
Keterangan
Pintu atas panggul
12,5 – 13 cm
Kojugata diagonalis (1,5 cm)
Diukur dari tepi bawah simfisis ke promontorium
Ukuran dari tepi tengah simfisis ke promontorium
Ukuran dari tepi atas simfisis ke promontorium
Diukur dari diameter melintang
Bidang tengah / rongga panggul diameter trasnversal
10,5 cm
Dua tulang spinosus
Pintu bawah panggul
8 cm
Ukuran dua tulang tuberositas
b.      Ukuran panggul luar
Ukuran
Diameter
Keterangan
Distansia spinarum
24-26 cm
Diukur dari 2 sias
Distansia cristarum
28-30 cm
Diukur dari 2 krista iliaka
Konjugata eksterna
18 cm
Diukur dari tepi atas simfisis dan lumbal ke V
Distansia tubernum
10,5 cm
Dari 2 tuberositas
Lingkar panggul
80 cm
Dari tepi atas simfisis, trochanter, ke lumbal ke V
Pembagian tulang panggul berdasarkan bidang Hodge
1.      Hodge I           : setinggi PAP
2.      Hodge II         : sejajar HI dibatasi oleh tepi bawah simfisis
3.      Hodge III        : sejajar HI dibatasi oleh spina ischiadika
4.      Hodge IV        : sejajar HI dibatasi oleh ujung os coxygis
Ciri-ciri panggul normal
1.      Promontorium tidak bisa diraba
2.      Os. Sacrum berbentuk cekung
3.      Spina ischiadika tidak runcing/tumpul
4.      Sudut ramus pubis >90o



REFERENSI
Kasdu, Dini. 2005. Kesehatan Wanita Solusi Problem Persalinan. Jakarta ; Wisma Hijau
Williams P L, Bannister L H, Berry M M et al 1995 Gray’s anatomy, 38th edn. Churchill Livingstone, New York.
Hpiego, Pusdiknakes, WHO, 2003.  Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologi bagi Dosen Diploma III Kebidanan buku 2 Asuhan antenatal topik 1 : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keolmuam dan seni yang mempersiapkan kehamilan,menolong persalinan, nifas dan menyusui, m...